Jakarta,Beritarem.com,- “Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati. Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat….”, (1 Pet.5:5-6). Demikian kutipan ayat firman Tuhan yang disampaikan oleh Indayati Oetomo dalam talk show dengan tema “Millenial At Work” (Kaum Milenial Di Dunia Kerja), Minggu, 11 April 2021.

Di hadapan jemaat GBI REM Hotel Ciputra lantai 6 Dian Ballroom, Direktur Internasional John Robert Powers ini mengupas mengenai “The Triangle of Success”. “Jika seseorang ingin sukses, harus memiliki 3 hal, yaitu: pengetahuan (Knowledge), Kemampuan/ketrampilan (Skills), dan Perilaku (Attitude),” tukas Wanita yang masih tampak muda meski usianya sudah memasuki 65 tahun.

Menurut Indayati, di tengah pandemi Covid-19 ini, kita tidak boleh menyerah, terus berkreasi dan mencari peluang. Semua orang juga tak membayangkan dunia bakal mengalami krisis hebat pandemi COVID-19 yang menyerang secara holistik, baik jasmani, rohani dan materi. “Faktor rohani atau mental health (kesehatan mental) menjadi kunci survive dan menjaga dua faktor lain. Selain dua faktor tersebut, agar kita tetap survive dibutuhkan personal skills (self motivation, adaptability,product knowledge, listening skills, impersonal skills, customer knowledge, problem solving capabilities & presentation skills,” ungkap Indayati yang saat itu dimoderatori oleh Pdt. Pengky Andu.

Dalam mengelola sekolah kepribadian John Robert Powers (JRP) yang kini memiliki 6 cabang: Yakni; Surabaya, Jakarta (Kelapa Gading & Kuningan), BSD City-Tangerang, Bali dan Medan, Indayati menceritakan bahwa JRP juga kerap mengalami pasang surut. “Tahun lalu JRP sudah tidak punya beban, tidak punya pinjaman. Lalu sekarang kena COVID-19 ini.Tapi saya bukan orang yang mudah menyerah, makanya harus terus berjalan. Sekali lagi saya harus akui sempat down mental. Bahkan saya sempat mau mundur, tetapi salah satu pendiri JRP sebelum meninggal memberikan motivasi agar saya tetap bertahan. Apalagi ketika memimpin JRP sudah mengalami empat krisis di tahun 1998, 2008, 2018 dan sekarang 2020. Krisis 1998 sedikitpun JRP tidak goyah dan justru naik. Tahun 2008 naik, tahun 2018 ada penurunan sedikit. Dan 2020 saya sempat ndlosor (tersungkur), puji Tuhan sampai sekarang kita masih bisa bertahan,” ungkap Indayati.
Masih kata Indayati, Millenial zaman sekarang itu memiliki beberapa kelebihan, yaitu: cerdas secara teknologi (63%), inovasi (9%), Jaringan (7 %), Kecerdasan (7 %), Keragaman ( 5%), Ambisi (3 %), Kewira-usahaan (3 %), dan produktivitas (3 %). Sedangkan kelemahan Milenial adalah: Lack of Loyalty (29 %), over confidence ( 27%), Poor Communication ( 14 %), Constant need for reasurance (14 %), Lack of Experience (9 %), Sensitive of Critism (4 %), dan Lack Of Maturity (3 %). Selain itu, Milenial juga memiliki problem internal, yaitu: kurang ulet, tidak stabil/bosan, tidak serius, sikap ingin serba instan, emosional, dan kurang kemauan belajar. “Memang anak muda zaman sekarang itu pintar dalam berteknologi. Contohnya, Media sosial seperti FB, anak muda sekarang cerdas sekali. Saya mau sampaikan, jangan suka menulis status bernada mengeluh atau mudah curhat kepada banyak orang. Karena masih banyak yang menganggap bahwa bersosialisasi di dunia maya boleh semaunya. Mereka lupa bahwa apa yang dilakukan di sosmed juga merupakan gambaran siapa kita. Inilah yang disebut personal branding in digital era,” kata Indayati.

Dalam pemaparannya, Indayati mengaku bahwa dalam menjalani karirnya tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Tetapi ia berusaha mendapatkan yang terbaik dan tak mudah putus asa. “Saya berasal dari keluarga sederhana, sehingga saya sejak kecil tertantang untuk hidup mandiri dan tak mudah menyerah, bekerja keras,” tukas Indayati yang mengawali karirnya sebagai marketing ini.

“Saya dulu pernah jual buku-buku ensiklopedi. Saya tahu bagaimana rasanya ditolak. Coba bayangkan ketika saya nawarin buku, kemudian ditolak. Tapi hal itulah yang membentuk saya menjadi seperti saat ini. Bahwa sebagai marketer andal, seseorang harus punya rasa percaya diri yang tinggi. Marketer tak boleh malu dan harus tahan banting. Saya sangat senang bergaul dan membangun networking. Percaya diri dan bergaul adalah dua faktor utama keberhasilan seorang marketer,” papar Indayati, sembari menyampaikan kata pamungkas Changing Is Key: ‘Everyone thinks of changing the world, but No One thinks of changing himself’. SM